Solusi Masalah Remaja

Bagi seorang remaja, sekolah adalah dunia yang
penuh kesempatan penuh makna pembelajaran untuk bekal hidup.sekolah
adalah kebutuhan yang sifatnya formal dan menjadi tuntutan usia
perkembangan remaja. Dapat menikmati suka duka bersekolah dan
memperoleh ilmu dalam prosesnya bagi remaja adalah sebuah
keberuntungan. Hal ini disebabkan tidak semua remaja berkesempatan
bersekolah baik karena tidak mampu secara ekonomi ataupun tidak mampu
karena sebab lain.
Sekolah memberikan
keharusan bagi siswa untuk mencapai suatu standar kemampuan yang
bersifat akademis dan non akademis. Uuntuk mencapainya seorang sisiwa
remaja harus mengikuti proses pembelajaran secara disiplin dan penuh
perhatian dalam arti melibatkan diri secara fisik dan psikis dalam
proses pembelajaran.

Keterlibatan
secara fisik dan psikis bagi seorang remaja pelajar dalam pembelajaran
seringkali adalah hal yang sulit terwujud karena siswa tersebut
mengalami beberapa masalah yang menghambat proses belajar. Tak heran
kalau banyak siswa yang nilai akademisnya kurang baik, nilai non
akademisnya dibawah standar, karena ada penghambat proses keberhasilan
belajar yang mengungkung pribadi remaja tersebuit. Agar remaja pelajar
dapat membebaskan diri dari lingkungan masalah penghambat proses
belajar, maka perlu terlebih dahulu mengenai jenis persoalan yang
banyak dialami oleh remaja sebelum mengupayakan strategi pemecahannya.
Berdasar
dari curah pendapat lewat seorang murid, diperoleh sebuah pengakuan tentang ragam masalah yang
menjadi pengganggu belajar mereka. Secara umum masalah tersebut terdiri
dari :

1. Cinta
Remaja dan cinta
adalah dua hal yang tak terpisahkan. Diawali dari masa puber yang
ditandai dengan perubahan fisik seorang remaja belajar untuk mengenal
dan berelasi dengan lawan jenis dalam konteks hubungan yang melebihi
pertemanan.perilaku yang muncul sebagai ekspresi dari cinta ini dapat
kita lihat sebagai bentuk emosi – emosi yang sangant intens atau kuat.
Perasaan yang tenang mendadak menjadi gelisah, sangat riang, murung,
cemburu, sedih, bersemangat, marah dan berbagai emosi yang muncul
akibat perasaan cinta.aktifitas emosional yang
merupakan bagian dari otak kanan ini mendominasi aktifitas perilaku dan
membuyarkan keaktifan otak kognitif pada belahan otak kiri.
Mungkin
kita menjadi mafhum ketika kita melihat remaja yang jatuh cinta itu
kemudian menjadi uring – uringan, kurang konsentrasi belajar, mogok
sekolah, melamun, atau cuek dengan pelajaran dan mengikuti hanya
sekedar untuk menggugurkan kewajiban siswa atau sekedar mengisi absent
kehadiran karena otak limbic/emosi sedang mendominasi otak nalar atau
rasional..
Meski demikian, cinta adalah hal
yang normal muncul sebagai tanda kedewasaan.Untuk itu sebagai langkah
yang bijaksana adalah perlu mengarahkan siswa untuk memiliki sikap yang
tepat dalam menghadapi sindroma cinta. Siswa perlu diarahkan untuk
menerima cinta dengan penuh kesadaran bahwa untuk menjalani kehidupan
berpasangan dalam cinta harus mengikuti koridor aturan agama bukan
budaya. Sebab ketika mengikuti arus budaya maka cinta remaja seolah
adalah gaya hidup yang asyik, wajar bahkan dianjurkan. Akan tetapi
agama Islam membimbing remaja untuk menghargai cinta dan memperoleh
cinta dengan jalan mulia. Adapun cinta remaja adalah fitrah yang
membutuhkan pengendalian diri atau nafsu sampai pada bata ketika remaja
benar – benar telah dewasa dan siap membangun cinta yang bernuansa
ibadah karena Allah SWT yaitu pernikahan.

2. Kasih sayang orang tua dan keluarga
Hidup
tanpa kasih sayang tentu rasanya sengsara dan sedih. Orang yang sedih
sangat mungkin kehilangan gairah atau motivasi untuk belajar, meski
pada beberapa orang mencoba melupakan kesedihan dengan menyibukan diri
dengan bekerja atau mengejar prestasi sebagai pengalihan rasa sedih.
Bila
seorang siswa remaja meiliki masalah dengan kasih saying keluarga kita
dapat mengenali dari sikapnya yang kurang bersahabat, cenderung kasar,
nakal, atau justru terlihat minder dan kuper, toubel maker, egois, cari
perhatian, melanggar aturan dan sebagainya. Semua itu merupakan
ungkapan ketidak bahagiaannya atas kurang terpenuhinya kebutuhan siswa
tersebut dari kasih sayang terutama orang tua. Hal itu terjadi bisa
jadi karena orang tua sangat sibuk bekerja, kurang paham dalam tanggung
jawab, pola asuh, atau perpecahan keluarga.
Apa
yang dialami siswa dirumah kemudian terbawa kesekolah dalam wujud
perilaku yang kurang punya motivasi belajar, atau muncul dalam bentuk
seperti tersebut diatas.
Bagi siswa
remaja dengan masalah seperti itu, tentu butuh bantuan agar dia bisa
terhindar dari bertingkah laku yang merugikan dan tahu bagimana harus
bersikap dengan cara memberinya bimbingan dan pendekatan penuh kasih
saying agar siswa belajar mengenal tentang sikap kasih saying sekaligus
mtebuka pikirannya untuk melakukan pengendalian perilaku agar menjadi
siswa dan pribadi yang berhasil dalam kehidupan. Lebih utama lagi
ketika situasi keluarga dapat teratasi dan mengalami perbaikan baik
sebagai kerjasama sekolah dengan keluarga siswa ataupun proaktif siswa
secara pribadi dalam mengatasi masalahnya.

3. Guru
Guru
tidak selamanya menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan, disebabkan
guru adalah pribadi yang unik sebagaimana siswa, maka pendekatan dan
sikap guru sangat mungkin suatu saat menimbulkan pertentangan atau
hambatan dalam proses belajar. Contoh siswa yang merasa bosan dan
kurang diperhatikan karena tidak cantik atau tampan, siswa remaja yang
bermasalah namun diabaikan saja, siswa yang kurang bisa memahami
pelajaran akibat cara penyampaian guru, ketersinggungan siswa pada
guru, ketidak simpatikan guru dan lain – lain.
Hal
seperti itu, dapat diantisipasi dengan cara guru sering mengupayakan
umpan balik siswa dan mengevaluasi performancenya dari berbagai sumber
agar dapat melakukan perbaikan diri dan dapat menjadi pendidik yang
sukses.

4. Teman
Bagi remaja
teman adalah sangat penting dalam menemukan kepercayaan diri dan
penghargaan diri. Sikap teman dan pandangan teman adalah referensi
remaja dalam memahami dirinya, seringkali antar siswa remaja
memunculkan geng agar dirnya nampak kuat dan diakui lingkungan yang
dibangun berdasar kesamaan sifat atau ciri. Dalam hal kreatifitas dan
pergaulan hal ini seringkali memunculkan masalaha baru yaitu perilaku
pengucilan pada remaja yang berbeda atau lain geng.pada beberapa
kejadian sering kemudian terjadi pertikaian antar geng, ejek – mengejek
dengan teman diluar geng yang dapat memunculkan remaja tertentu
sebagai korban. Akibat yang muncul ialah hilangnya kepercayaan diri
korban dan rasa sakit hati yang sangat mengganggu pada konsentrasi
belajar, semangat sekolah , dan prestasi. Lebih dari itu sikorban
mungkin kemudian menjadi dendam dan melakukan tindakan yang dapat
merugikan dirinya seperti mabuk, drugs, mogok sekolah ,depresi, bunuh
diri, atau justru merugikan orang lain seperti melukai , mencuri,
membunuh dan sebaginya.
Hal ini terlihat
sederhana namun bisa menjadi rumit ketika perilaku yang menjadi akibat
sifatnya ekstrim dan berbau kriminal, maka, sekolah dapat
mengantisipasinya dengan cara membiasakan sikap menghargai teman,
menjaga ucapan kepercayaan diri, membiasakan kebersamaan dan kepedulian
pada teman dengan melakukan bimbingan sikap secara umum dan personal
pada seluruh siswa melalui program bimbingan dan konseling sekolah.

5. Pencarian jati diri
Masa
remaja diawali dari masa pubertas/baligh berkisar antara usia 9 tahun
ke atas. Pada masa tersebut seorang remaja biasanya sedang bingung
memandang dirinya, belum tahu harus seperti dan menjadi apa. Oleh sebab
itulah mereka mencari – carai figure yang mereka minati dan orang –
orang kagumi dengan mencari idola.selain memiliki idola merekapun belum
cukup mengerti tentang potensi diri dan bagaimana merancang kesuksesan
dengan modal tersebut. Untuk itulah seorang guru disekolah sangat
penting memberi bantuan arahan pengenalan dan pengembangan diri remaja.

6. Harapan
Setiap
remaja memiliki harapan seperti normalnya manusia.harapan yang
berkembang secara sehat adalah harapan yang sesuai dengan keadaan dan
kemampuan. Kadangkala remaja memiliki harapan yang berelebihan
sehingga ketika menghadapi kegagalan mengalami frustasi.bagi sebagian
remaja yang yang terbiasa dengan frustasi akan cenderung menyikapi
dengan ketegaran atau sabar tetapi bagi remaja yang selalu dimanja kan
merasa frustasi sebagai hal yang luar biasa sulit dan
menyiksa.sehingga konsentrasi belajar semakin menurun, motivasi
berkurang dan pikiran tersita pada frustasi – frustasi yang dialami .
Sebagai
remaja, adalah wajar apabila belum memiliki kemampuan untuk selalu bisa
memecahkan persoalan. Maka, sekolah dapat memberikan pengetahuan
berkehidupan dan cara- cara mengatasi persoalan agar bisa meraih
harapan, selain itu perlu pula bimbingan untuk menerima kenyataan
sebagai suatu pengalaman yang berharga dan sarana memperbaiki diri
berdasar introspeksi.

7. Uang
Sebagai
remaja, sebagian masih bergantung pada orang tua dalam hal keuangan.
Pola asuh orang tua dalam pengelolaan keuangan anak dapat menjadikan
anak bermasalah.orang tua yang terlalu longgar dalam memberi uang
meyebabkan anak boros, sombong dan cenderung bersikap semaunya. Adapun
yang terlalu ditekan dalam pemenuhan kebutuhan keuangan dapat
menyebabkan remaja menjadi frustasi, tertekan, psikosomatis, kurang
semangat belajar dan masalah perilaku atau kepribadian apabila
siremaja tidak dapat menerima kenyataan atau pola tersebut.
Mengatasi
keadaan tersebut, sekolah dapat membantu siswa untuk dapat menyikapi
pola asuh orang tua dalam hal keuangan secara tepat.aturan pembatasan
uang saku cukup dapat mebuat siswa terkondisi bersikap sederhana lebih
optimal lagi diiringi kesadaran orang tua untuk menumbunhkan sikap
hemat dan sederhana. Namun, bagi remaja yang memiliki kekurangan uang
harus banyak dibimbing untuk menerapkan sikap syukur dalam menerima
keadaan. Bagi remaja yang berpotensi dapat diarahkan untuk gemar
mengikuti kompetisi agar dia belajar mandiri dengan memanfaatkan
bakatnya .hal ini akan dirasakan siswa saat memperoleh bea siswa , uang
pembinaan sebagai penghargaan dan sebagainya.
Siswa
tidak hanya diajari bagaimana meminta uang namun mengelola dan juga
mengupayakannya. Melatih ketrampilan tangan atau boga dapat dijadikan
bekal untuk kelak remaja menekuni usaha produksi tertentu dalam rangka
belajar mandiri.

8. Egois
Egois
merupakan sifat yang khas pada remaja. Perilaku yang muncul bisanya
adalah perilaku ingin menang sendiri, kurang peka pada orang lain, dan
tidak peduli dengan keadaan sekitar. Sifat ini merupakan warisan bentuk
kekanak-kanakan yang dapat berubah setelah si remaja belajar untuk
bersikap lebih dewasa yaitu bertanggung jawab .
Sikap
egois ini dapat memunculkan masalah dalam pergaulan antar
remaja.biasanya ada remaja yang jadi korban.bagi sipelaku keegoisan ini
membuatnya dibenci dan dijauhi teman namun bisa jadi sipelaku tidak
cukup sadar kalau ia memiliki sifat egois atau ada juga yang merasa
bangga memiliki sifat egois. Namun siremaja akan terpukul dan merasa
bersedih hati serta kurang motivasi belajar saat dia mendapat masalah
dipergaulan. Untuk itu remaja dengan masalah sifat egois ini dapat
dibimbing oleh sekolah dan juga orang tua untuk berlatih membangun
sikap tanggung jawab, empati dan kepedulian sosial.

9. Aturan
Bagi
remaja hidup dalam aturan dapat dirasakan seperti penjara dan bukti
ketidak percayaan bahwa siremaja ini masih dianggap anak- anak. Maka
untuk membuktikan kemandiriannnya biasanya mereka suka memberontak dan
bergaya hidup semaunya. Namun hal ini akan dapat diatasi dengan
menumbuhkan kesadaran tentang konsekwensi dari ketidak teraturan dalam
kehidupan sehari – hari dan nyata sehingga siswa akan cenderung
menentukan sikap sendiri untuk dapat mentaati peraturan. Meski demikian
pada beberapa remaja yang sangat menonjol pembangkangannnya terhadap
aturan dapat dikenai sanksi mendidik yang disepakati sebagai tata
tertib sebagai bingkai pengkondisian perilaku, semata – mata untuk
kebaikan remaja tersebut bukan untuk menunjukkan otoritas.

10. pengendalian diri dan emosi
Remaja
memiliki ciri khas perkembangan yaitu emosional.hal ini dapat kita
lihat melalui ekspresi – ekspresi remaja yang cenderung sangat
menyolok.contoh saat mereka riang, murung, histeris dan sebagainya.pada
orang yang matang cenderung menyesuaikan diri dengan tuntutan situasi
dan terbingkai dengan nilai kesantunan. Namun remaja justru membiarkan
emosi dilepaskan secara bebas.akibat dari pengungkapan emosi yang
cenderung tanpa kendali ini sering menimbulkan masalah dalam pergaulan
disekolah.
Emosionalitas remaja ini dapat
diredam dengan tata tertib sekolah atau kelas namun lebih mendasar lagi
dengan penanaman sikap kesantunan pada pikiran dan pembentukan sikap
agar pengendalian diri dan emosi ini muncul lebih sebagai pilihan yang
sadar bukan paksaan.

11. Kesehatan
Tidak
jarang remaja memiliki kebiasaan kurang sehat seperti begadang, main
play stasion overtime, diet agar langsing tanpa pertimbangan dokter dan
semacamnya.hal seperti ini dapat menurunkan kesehatan fisik dan juga
mental remaja, untuk itu perlu ketegasan orang tua dalam kebiasaan
dirumah serta bimbingan sekolah agar remaja mengetahui pola hidup sehat
yang akan mendukung belajarnya

12. Trend
Remaja
mengejar pengakuan dari orang – orang sekirtar dengan cara mengikuti
harapan kelompok, dengan mengikuti standar yaitu trend dan cenderung
menyamakan diri agar tidak dikucilkan.beberapa trend yang berkembang
dapat menjerumuskan remaja dalam penyimpangan moral seprti gaul bebas,
gangguan kesehatan seperti merokok dan narkoba , gaya hidup boros
seperti model HP terkini sebagai syarat gaul dan sebagainya.dalam hal
ini orang tua perlu memberi ketegasan dalam toleransi pemberian
fasilitas, sedangkan sekolah dapat memagari dengan tata tertib serta
penanaman sikap bahwa menjadi korban trend dapat menjerumuskan pribadi
remaja.

13. Teknologi
Bagi
remaja menguasai teknologi terkini adalah tantangan apalagi ketika itu
menawarkan keasyikan seperti chatting, surfing, download nett atau HP,
dan sebagainya.namun agar remaja tidak terjerumus dalam problem akses
situs porno, konsumen gambar porno HP, kecanduan Blue film, kecanduan
onani maka orang tua perlu secara tegas membatasi dan mengawasi serta
berkomunikasi dengan remaja tentang penggunaan alat teknologi tersebut.
Sekolah dapat memberi bimbingan yang mengarahkan kepada wawasan dan
filter remaja dalam menggunakan teknologi tersebut.

14. Stress
Remaja
selama bersekolah dapat mengalami stress akibat kecemasan terhadap
ujian, tugas – tugas yang tidak mampu dikerjakan, peraturan yang ketat
dan lain sebagainya. Stress dapat muncul dalam gejala yang beragam
dimulai dari kehilangan konsentrasi, gagap, pusing, berkeringat dingin,
gelisah, mimpi buruk, pingsan dan sebagainya sebagaimana DR.Dadang
hawari menjadikan empat kelas gejala stress dalam bukunya yang berjudul
al qur’an dan ilmu kesehatan jiwa.
Stress
tersebut, dapat menggangu proses keberhasilan belajar siswa yang masih
remaja.untu mengatasinya maka orang tua dan guru dapat mengajarkan cara
mengurangi stress yaitu dengan didasarkan pada penyebab munculnya
stress.apabila stress tersebut disebabkan sikap yang belum menerima
/rela maka perlu mengubah sikap. Apabila stress tersebut akibat ketidak
mampuan maka perlu giat berlatih. Apabila sumbernya adalah kesehatan
fisik, maka perlu upaya pengobatan.

15. Bimbingan
Remaja
sangat membutuhkan bimbingan agar dia dapat hidup dengan dewasa dan
mampu mengatasi masalah.dirumah seringkali orang tua tidak cukup waktu
membimbing karena sibuk bekerja.bebrapa yang lain tidak tahu apa yang
harus dibimbingkan pada remaja. Maka fungsi sekolah dalam membimbing
kedewasaan remaja sangat berperan.tentu ini akan terjadi apabila guru
menjalani profesinya dengan semangat pendidik yakni tidak semata
profesi tetapi juga mewujudkan siswa yang benar – benar terdidik tidak
hanya secara matematis akademis namun sekaligus moral siswa.apabila
remaja tidak mendapat bimbingan dari orang tua dan pendidik, mau jadi
seperti apa mereka