Gurita Kristenisasi di Indonesia

                                   Pengungsi merapi jadi sasaran kristenisasi (foto: kristenisasi.wordpress.com)


Jika umat Islam tidak bersatu dan partai Islam sibuk mengurusi kepentingan kelompoknya saja, maka bukan hal mustahil gurita Kristenisasi itu akan kembali menguasai birokrasi, tentara, dan penguasa.
Oleh: Artawijaya
Pada sekitar tahun 1980-an, sebuah buku berjudul "Hadhir Al-'Alam Al-Islami" karya Dr. Ali Garishah, dosen Universitas Madinah, yang kemudian diterjemahkan oleh Pustaka Al-Kautsar dengan judul "Wajah Dunia Islam Kontemporer" menjadi buku yang banyak diburu para aktivis Islam. Buku tersebut menggambarkan tentang kondisi umat Islam di dunia, yang oleh Dr Ali Garishah dikategorikan menjadi tiga bagian: Pertama, negeri-negeri Islam yang dirampas. Kedua, negeri yang sedang berjihad. Ketiga, negeri yang terancam bahaya. Tiga kategori yang menggambarkan kondisi negeri-negeri muslim pada saat itu, menurut Dr Ali Garishah, berada dalam ancaman penguasa diktator, rongrongan minoritas non-muslim, dan intervensi asing yang didalangi oleh tiga kekuatan besar: Zionis, Kapitalis, dan Komunis.
Faktanya, apa yang ditulis oleh Dr. Ali Garishah semuanya sudah menjadi kenyataan. Negeri-negeri Muslim pada masa itu mengalami dilema yang luar bisa; kalau tidak dipimpin diktator, ya di tindas oleh penjajah asing dan para komprador. Saat ini, arus demokrasi yang dipaksakan oleh Barat sedang menerjang negara-negara Timur Tengah. Kalau arus demokrasi itu mandek, maka kekuatan militer akan digunakan, sebagaimana terjadi di Irak dan Libya.
Hal yang menarik dari buku "Wajah Dunia Islam Kontemporer" adalah, Dr Ali Garishah memasukkan Indonesia dalam kategori negeri yang terancam bahaya. Ancaman tersebut, menurutnya berasal dari dua kekuatan, yaitu Komunisme dan Kristenisasi. Dr Ali Garishah menyatakan, pada masa pemerintahan Soekarno, umat Islam berjuang melawan Komunisme, dan pada masa rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto, umat Islam berjuang melawan gerakan Kristenisasi yang mendompleng kekuasaan. Pada masa lalu, birokrasi, tentara, dan pengusaha dikuasai oleh kekuatan Kristen dan kelompok kebatinan. Mereka menumpang gerbong Orde Baru dengan kebijakan-kebijakan yang memarjinalkan umat Islam. Penguasa, pengusaha, dan tentara ketika itu dijadikan alat untuk menindas umat Islam, baik menindas kekuatan ekonomi, sosial, maupun politik.
Selain itu, Dr. Garishah juga menyoroti tentang pengerukan kekayaan alam Indonesia dengan nama "Penanaman Modal Asing", yang pada masa itu didominasi oleh perusahaan-perusahaan asal Amerika. Dr Ali Garishah menulis,"Produksi minyak yang merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia, yaitu 70% dari seluruh hasil ekspornya dan merupakan 70% dari anggaran belanja negara, hampir semuanya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan minyak Amerika, dengan perbandingan antara 11 dari 16 perusahaan yang ada. Meskipun Indonesia merupakan salah satu negara terkaya akan sumber alam di Asia Tenggara, namun rakyatnya tetap miskin yang kekayaannya itu hanya dinikmati oleh perusahaan asing dan golongan elit, serta para pejabat yang berkuasa."
Selanjutnya, terkait dengan Kristenisasi, Dr Ali Garishah menulis beberapa poin penting yang ia sebut sebagai usaha-usaha ke arah Kristenisasi besar-besaran di Indonesia. Poin-poin tersebut adalah:
Golongan Kristen telah berhasil menyusup ke dalam jajaran pemerintahan dengan mendominasi partai penguasa baik pada badan eksekutif ataupun legislatif. Disamping juga mendominasi beberapa daerah dan propinsi.
Dengan bekerjasama dengan kalangan etnis Cina, golongan Kristen telah mendominasi bidang ekonomi, walaupun jumlah mereka kurang dari 10% dari jumlah penduduk.
Jumlah gereja yang ada sudah melebihi 8000 buah, dengan 3500 pendeta, dan 8000 penginjil yang mendominasi media massa. Di tambah 50 lapangan terbang untuk kepentingan gerakan Kristenisasi dan sejumlah besar lembaga pendidikan Rumah Sakit dan poliklinik.
Telah berhasil mengkristenkan tiga juta Muslim dalam jangka dua tahun.
Demikian poin-poin yang disampaikan oleh Dr Ali Garishah mengenai kondisi negeri Muslim Indonesia pada tahun 80-an. Tulisan ini kemudian membuat merah wajah pemerintah Orde Baru, sehingga memerintahkan Kejaksaan Agung untuk melarang buku tersebut dan menarik peredarannya dari masyarakat. Penerbit yang menerjemahkan buku itu pun tak lepas dari ancaman pemerintah.
Sekarang, hampir 30 tahun setelah tulisan itu beredar, Kristenisasi di Indonesia bukannya meredup, malah semakin menggila. Basis-basis Muslim menjadi sasaran, termasuk juga lembaga-lembaga sekolah Islam. Aksi mereka makin nekad dan berani. Jika umat Islam bertindak, maka mereka akan berkoar-koar di media massa, bahwa kaum Muslimin tidak toleran, anti keragaman, dan propaganda-propaganda lain yang menjadi jualan mereka agar mendapat dukungan baik dari dalam maupun luar negeri.
Jualan inilah yang sekarang dilakukan oleh GKI Yasmin di Bogor, Jawa Barat. Dengan dukungan media massa, LSM liberal lokal dan asing, bahkan dari Dewan Gereja Dunia, mereka melakukan propaganda hitam kepada kaum Muslimin di Bogor. Ironisnya, seolah mencari kambing hitam yang sedang tren, mereka menyebut ada kelompok "Salafi Wahabi" di balik aksi penolakan tempat ibadah ilegal mereka.
Karena itu, sudah saatnya umat Islam waspada terhadap upaya-upaya para "teroris akidah" yang berusaha unjuk kekuatan dan melakukan Kristenisasi di tengah-tengah kaum Muslimin. Jika umat Islam tidak bersatu dan partai Islamnya sibuk mengurusi kepentingan kelompoknya saja, maka bukan hal mustahil gurita Kristenisasi itu akan kembali menguasai birokrasi, tentara, dan penguasa....
Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/gurita-kristenisasi-di-indonesia.htm